Selasa, 23 Oktober 2012

Lifes Never Die bagian Enam


Sesampainya aku dikamar Tara, mereka menyambutku dengan senyuman. Tanpa diminta langsung oleh Tara, aku langsung membalurkan jahe dan air panas yang kubuat tadi. Dia meringis kepedihan, aku hanya tersenyum melihatnya kesakitan.
“Kamu tetap sama ya seperti kecil dulu. Manja. Oke, udah siap. Sekarang kamu tidur ya Tara. Aku kedapur dulu ya. Masih ada yang butuh bantuanku.”dia mengangguk tulus. Ada yang hilang, yah Hyun Naa sudah tidak ada dikamar itu lagi. Dia pasti sudah balik kekamarnya. Aku langsung menuju kedapur. Aku melihat tidak hanya Lee tapi juga bersama Hyun Naa dan Tante Mariana. Whats up!
            Sepertinya mereka sedang menungguku.
“Oke, ada apa ini? Kenapa kalian menatapku seperti itu?”tanyaku dengan penasaran karena melihat gelagat mereka yang aneh.
“Saya sudah tau semuanya Dira.”aku tersentak melihat raut wajah Nyonya besarku ini.
“Ma..ma..maksud nyonya apa?”
“Enggak usah manggil nyonya deh. Oke. Just call me Mariana aunt, how?
What? Maksudnya apaan nyonya?”aku melirik Lee. Dia hanya diam terpaku begitupun dengan Hyun Naa.
“Nadira Srikandi. Tante siapa kamu? Kamu teman masa kecil Robin? Itu nama panggilan yang biasa kamu gunakan terhadap Tara. Kenapa kamu enggak cerita sebelumnya sama saya?”
“Oh, soal itu saya juga benar-benar enggak tau tante. Saya juga kurang yakin sebelumnya kalau Tara itu Robin tante.” aku hanya menjawab seadanya saja.
“Oke. Tante sudah dengar langsung dari mulut kamu. Lanjut kerencana kedua.”aku semakin penasaran dengan rencana mereka.
“Rencana kedua? Maksudnya?”aku semakin bingung dengan pembicaraan mereka.
“Kamu lupa besok tanggal berapa?”tanya Hyun Naa spontan.
“Tanggal 17 Februari-kan?”mereka bertiga melongos.”Oh My God!!! Aku baru ingat kalau besok itu ulang tahun-nya Tara yang ke-20. Aku belum ada apa-apa buat kadonya besok.”
“Tapi kami semua sudah ada.”jawab Lee dengan cepatnya.
“Apa?”tanyaku lagi.
“Kamu.”mereka bertiga berbarengan menjawab “KAMU” yang ditujukan ke-aku.
“Aku.”sembari menunjuk kearah wajahku,”Maksudnya?”
Well, i know you love my old brother. And, he always waited you. He cry, happy, if his remembered you. And he loves you.”aku menelan ludah mendengar penjelasan dari Lee. Tante Mariana dan Hyun Naa menjadi pendengar setia di sesi ini.
“Oke, bagaimana plann-nya?”
“Sini aku bisikin.”kali ini Hyun Naa yang memberikan penjelasan kepadaku. Tak sampai satu menit dia menjelaskan. Aku mengerti dengan apa yang diucapkan-nya.
“Tapi masalahnya sekarang, Mama lupa memesan cake buat acara besok.”Tante Mariana terlihat khawatir kalau rencana ini akan gagal jika tidak ada cake-nya.
“Oh, itu masalahnya. Kalau itu serahin sama Dira saja tante. dira tahu cake kesukaan-nya Tara. Cake dari resep Almarhum Mama Dira.”sepertinya mereka mengangguk pertanda setuju dengan ide yang aku berikan.
Oke. Let’s go and Let’s do it!”Tante Mariana memberikan komando.
“Oh iya. Pembantu yang lain mana ya Tante?”aku bertanya seakan aku bukan anggota baru dikeluarga ini.
“Itu, mereka saya liburkan untuk tiga hari kedepan. Ya, tujuan-nya biar kamu merasakan kedamaian seperti dahulu lagi Dira.”aku menghapus air mataku mendengar Tante Mariana mengatakan hal seperti itu.
“Oke, Mama, Dira. Kita harus mengerjakan cake-nya sebelum Tara terbangun. Oke.”Hyun Naa mengejutkan aku dan Tante Mariana. Kami berdua tersenyum. Sungguh klasik memang saat-saat seperti ini.
            Aku mengambil bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat cake ini. Hyun Naa hanya mengikutiku dari belakang, melihat bagaimana caraku membuat kue. Dia memperhatikan dengan seksama. Sedangkan Lee dan Tante Mariana berbincang dengan senang-nya.
Mereka melihat aku dan Hyun Naa kerepotan dengan cake ini.
“Kamu hebat ya.”ungkap Hyun Naa membuka pembicaraan diantara kami.
“Ya hebat, kamu baik, rajin ibadah, pinter, mandiri, jago masak lagi. Aku salut sama kamu.”
“Hyun Naa juga hebat.”
“Oh ya. Really? Hebat dibagian mananya nih?”
“Kamu cantik, baik, ramah, pinter, pokoknya hampir sempurna deh.”aku mengacungkan jempol kepada Hyun Naa.
“Makasih ya. Sebenarnya aku tuh sangat pemalu, apalagi sama orang baru. Tapi kenapa sama kamu berbeda ya?”dia tertawa.”Tau enggak, ini pertama kalinya Mama menginjakkan kaki didapur hanya untuk menunggui sebuah kue. Mama adalah orang yang paling enggak bisa diam, dan baru kali ini Mama dirumah satu harian tanpa Papa. Biasanya disitu ada Papa pasti ada Mama. Semua karena kak Tara lagi sakit, sejak itu Mama selalu menyalahkan diri sendiri. Tapi aku tetap menyayangi Mama.”
“Itu sangat cukup membuatku terharu. Aku tahu keluarga ini sangat hebat, tapi kenapa dirumah ini mesti ada banyak pembantu yang bolak-balik keluar masuk?”tanyaku spontan. Kontan saja pertanyaanku ini sangat mengena ke ulu hati tante Mariana.
“Kalau soal itu tante baru memikirkan-nya saat kamu bertanya tadi. Kenapa ya? Semua yang mengatur adalah kepala pembantu yaitu bu Nunik. Tante juga heran. Kenapa tidak kepikiran oleh tante ya. Oh My God! What happened.”tante Mariana menyambung perbincanganku dengan Hyun Naa.
“Saya hanya merasa ada sesuatu yang janggal dengan bu Nunik. Sepertinya dia sangat membenci saya tante. Padahalkan saya tidak mengenalnya.”
“Ya sudahlah, tidak usah dipikirkan. Lanjutkan saja membuat cake-nya, takutnya nanti tidak kelar lagi gara-gara keasyikan ngobrol.”
“Oke boss!!”ujarku serentak dengan Hyun Naa. Tante Mariana dan Lee hanya tertawa.
            Selanjutnya kami hanya terdiam dalam heningnya malam yang ditemani suara jangkrik berkeliaran. Hampir setengah satu, aku melihat Hyun Naa sudah mulai mengantuk. Aku mengagetkan-nya, sontak saja dia terbangun.
“Hei, are you sleepy?”dia menggeleng pertanda tidak setuju.”Can you help me?”tanyaku sekali lagi padanya.
What?”dia mendongak polos kehadapanku.
“Bisa enggak kamu menghubungi teman-teman karib Tara? Kamukan tahu aku tidak begitu mengetahui tentang Tara selama delapan tahun ini. So, gimana?”pintaku pada Hyun Naa. Semula aku meragukan persetujuan-nya, tapi ternyata dugaanku salah. Dia mengangguk ceria padaku.
“Oke. Sip.!”dia mengangkat jempolnya. Sedangkan Hyun Naa sibuk dengan urusan-nya, aku sibuk memoles kue dengan bermacam riasan yang sangat disukai Tara. Melihat bentuk kue ini aku mengingat almarhumah.Mama. Dulu sewaktu Mama masih ada, Mama suka sekali membuat kue untukku dan Tara. Tapi semua sudah tinggal masa lalu yang menjadi kenangan. Sedangkan aku harus menanti masa depan yang akan menjumpaiku.
            Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 Wib, semua sudah aku kerjakan dengan baik. Tante Mariana dan Lee sudah sedari tadi sudah tertidur di sofa ruang tamu utama. Sedangkan Hyun Naa tertidur dikursi dapur. Sungguh cantik gadis keturunan Korea Jepang ini. Membuat aku iri. Tapi aku bersyukur dengan apa yang kudapatkan sekarang ini. Hari ini adalah hari keempat aku bekerja dirumah ini, tepat hari ini pula Tara bertambah umur.
“Happy Birthday Tara.”kuucapkan dengan sangat sungguh hati. Aku harus bergegas membersihkan semua ini. Agar surprise besok bisa lebih sempurna.
            Aku hanya dapat melihat dari luar gerbang, hari ini sudah tanggal 17 Februari. Dan itu berarti hari ini adalah ulang tahun Tara yang ke-20. Aku sudah siap dengan semua persiapan, dan aku merasa sangat cantik menggunakan dress yang diberi oleh Hyun Naa. Aku mendengar kehebohan didalam ruangan. Tetapi tiba-tiba semua hening.
“Mana Dira?”aku mendengar Tara menanyakan aku. Ya Tuhan, pertanda apa ini? Semua semakin diam.
“Dira, udah pergi tadi shubuh sayang.”aku hanya tersenyum mendengar tante Mariana mengucapkan kata-kata itu.
“Dan mama ngebiarin dia pergi begitu saja haa? Ma, this is my birthday. I want you must be find her. Because i love her. Go!!”ya Tuhan. Dia juga punya perasaan yang sama denganku? Ini yang kutunggu-tunggu dari dulu Robin.
“Oke. Aku harus menjalankan rencana seperti yang sudah kupersiapkan.”bergegas aku menuju dapur dan menaiki tangga dengan perlahan agar Tara tidak mengetahui keberadaanku. Handphone-ku bergetar, ada sms dari Hyun Naa.
Are u Ready?’
From: Hyun Naa
Ready’
Aku mereply sms Hyun Naa. Layar putih terbentang, LCD yang sudah dipersiapkan pun menyala. Secara perlahan muncul tulisan:
I WAS HERE, ROBIN
17 February 2012, ulang tahun ke-20
Hai, kamu pasti sudah mengetahui siapa aku-kan? Hm, ya pasti. Aku tahu kamu selalu mengingat aku. Tapi sayang, kejadian delapan tahun yang lalu sungguh membuat aku tak berdaya.
Seorang kakak yang selalu mengayomiku pergi tanpa pamit kepadaku. Aku sungguh kecewa dengan tindakan bodohmu itu. Kamu selalu berjanji untuk mengenalkan aku kepada orang tua dan saudaramu, tapi kamu selalu mengingkarinya.
Sudahlah, itu tidak penting. Yang penting sekarang usiamu sudah 20 tahun. Dan selamat atas usiamu yang sekarang ini.
Happy birthday too you. I Love You.
Halaman berlanjut menuju kalimat berikutnya. Aku memperhatikan Tara menyimak dengan seksama.

17 February 2004, ulang tahun ke-8
Masih ingat enggak, ini adalah ulang tahun pertamamu denganku. Sedih rasanya bila mengingat itu. Almarhumah Mamaku selalu mempersembahkan cake yang paling kamu suka. Dan aku juga mempersembahkan-nya di hari jadimu yang kedua puluh ini. Walau tidak seenak mamaku tapi tidak akan jauh beda rasanya. Aku sangat ingin mengulang saat-saat seperti ini. Sangat ingin. Tapi itu akan sangat mustahil. Yang aku inginkan saat ini adalah kesembuhanmu semata. Itu saja. Agar kita bisa bermain dan bercanda seperti dahulu lagi.
Selamat ulang tahun Robintara Kim yang baru kuketahui ternyata itu adalah nama lengkapmu. Selamat ulang tahun.
I was here, aku selalu ada disampingmu.

SESUATU YANG INDAH ITU KAMU!
            Aku mendengar suara tangisan dan isakan, dan aku yakin itu adalah suara dari Tara sendiri. Slide di tutup dengan beberapa gambar Tara ketika dia sedang tidur. Kontan saja hal itu membuat teman-teman Tara yang lain.
So, where is she mom?”tanya Tara secara langsung kepada Mamanya. Tante Mariana melihat suaminya menggelengkan kepala.
She’s not coming dear. She’s gone. I’m sorry.”sesal Tante Mariana. Kesedihan Tara semakin terpancar dari kedua matanya, dan ini sangat tidak bisa membuatku untuk bertahan. Aku melihat Hyun Naa, dan dia mengangguk-kan kepala ketika aku meminta untuk segera turun. Perlahan aku turun, perlahan dan secara perlahan.
Happy birthday, happy birthday, happy birthday dear Tara.”dia memutar tubuhnya 180°, aku terdiam terpaku tanpa bisa melangkahkan kaki.
“Kamu disitu saja, aku akan kesana. Kamu tunggu saja Kandi. Aku akan menjemputmu.”semua orang sangat terkejut melihat Tara menurunkan kakinya dari kursi roda. Aku menelan ludah, ini mukjizat sangat mukjizat. Aku melihat Romy yang kebetulan ada diantara para tamu undangan. Dia mengangkat bahu, dan tanpa sadar Tara benar-benar sudah ada didepan mataku. Aku menangis, dan aku tak mampu berkata apa-apa.
“Aku sembuh Dira. Aku sembuh!!”Tara sangat terkejut dengan keberhasilan-nya mengaktifkan kembali saraf-saraf yang kaku. Sungguh ini adalah kuasa Tuhan yang luar biasa.

2 komentar:

  1. terus lah menulis adik,,,
    sesuatu yang berharga itu akan kamu rasakan nantinya...

    BalasHapus
  2. Terima kasih ya abang. Mohon do'anya.

    BalasHapus